SIKLUS
OVARIUM
Saat pubertas, wanita mulai mengalami siklus bulanan
secara teratur. Siklus seksual ini dikendalikan oleh hipotalamus. Gonadotropin-
releasing hormon (GnRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus bekerja pada sel-sel
kelenjar hipofisis anterior yang pada gilirinnya mensekresikan gonadotropin.
Hormon-hormon ini, follicle-stimulating
hormon (FSH) dan luteinizing hormon (LH), merangsang dan mengontrol
perubahan siklik pada ovarium.
Pada awal setiap siklus ovarium, 15 sampai 20 folikel
stadium primer dirangsang utk tumbuh di bawah pengaruh FSH. ( hormon ini tidak
diperlukan untuk mendorong perkembangan folikel primordial ke tahap folikel
primer, tetapi tanpanya, folikel-folikel primer ini akan mati dan menjadi
atretik). Karena itu, FSH menyelamatkan 15 sampai 20 sel-sel ini dari cadangan
folikel primer yang terus menerus terbentuk (lihat gambar 1). Pada keadaan
normal, hanya satu dari folikel folikel ini mencapai tingkat kematangan
sempurna, dan hanya satu oosit yang dikeluarkan yang lain mengalami degenerasi
dan atretik. Pada siklus berikutnya, terjadi perekrutan kelompok folikel primer
lain dan kembali dengan hanya satu folikel yang mencapai kematangan. Karena
itu, sebagian besar folikel mengalami degenerasi tanpa pernah mencapai
kematangan. Ketika suatu folikel mencapai atretik maka oosit dan sel folikular
di sekitarnya berdegenerasi dan digantikan oleh jaringan ikat, membentuk korpus atretikum. FSH juga merangsang
pematangan sel folikular (granulosa) yang mengelilingi oosit. Sebaliknya,
proliferasi sel-sel ini diperantai oleh growth
differentiation factor 9. Sel granulosa dan sel teka bekerja sama untuk
menghasilkan estrogen yang (a). Menyebabkan endometrium uterus masuk ke fase folikular atau
proliferatif, (b). Menyebabkan penipisan mukus serviks sehingga sperma mudah
lewat, dan (c). Merangsang hipofisis untuk mengeluarkan LH. Dipertengahan
siklus, terjadi lonjakan LH yang (a). Meningkatkan konsentrasi
maturation-promoting faktor (faktor pendorong pematangan), menyebabkan oosit
menuntaskan meiosis I dan memulai meiosis II. (b). Merangsang pembentukan
progesteron oleh sel folikular stroma (Luteinisasi) dan (c). Menyebabkan
folikel pecah dan ovulasi.
Gambar 1. Dari cadangan folikel primordial, setiap hari
sebagian mulai tumbuh dan berkembang menjadi folikel sekunder, dan pertumbuhan
ini tidak bergantung pada FSH. Kemudian, seiring dengan perkembangan siklus,
sekresi FSH merekrut folikel-folikel primer untuk memulai pembentukan folikel
sekunder. Selama beberapa hari terakhir pematangan folikel sekunder, estrogen
yang dihasilkan oleh sel folikular dan sel teka, merangsang peningkatan
produksi LH oleh hipofisis dan hormon yang menyebabkan folikel masuk ke stadium
pre-ovulasi, menuntaskan meiosis I, dan masuk ke tahap meiosis II, saat sel ini
terhenti pada tahap metafase sekitar 3 jam sebelum ovulasi.
OVULASI
Pada hari-hari segera sebelum ovulasi, di bawah pengaruh
FSH dan LH, folikel sekunder tumbuh cepat hingga bergaris tengah 25 mm.
Bersamaan dengan pembentukan akhir folikel sekunder terjadi peningkatan
mendadak LH yang menyebabkan oosit primer menuntaskan meiosis I dan folikel
masuk ke stadium preovulasi. Meiosis II juga dimulai, tetapi oosit terhenti
pada metafase sekita 3 jam sebelum ovulasi. Sementara itu, permukaan ovarium
mulai menonjol secara lokal, dan di apeks, muncul suatu titik avaskuler
(stigma). Tingginya konsentrasi LH meningkatkan aktivitas kolagenase,
menyebabkan dicernanya serat-serat kolagen yang mengelilingi folikel. Kadar
prostaglandin juga meningkat sebagai respon terhadap lonjakan LH dan
menyebabkan kontraksi otot lokal di dinding ovarium. Kontraksi ini mendorong
keluar oosit yang bersama-sama dengan sel granulosa di sekitarnya dari regio
kumulus oofurus, lepas bebas (ovulasi) dan mengapung keluar dari ovarium (lihat
gambar 2 dan 3). Sebagian sel kumulus oofurus kenudian menata dirinya dengan
mengelilingi zona pelusida untuk membentuk korona radiata.
Gambar 2. A. Folikel pre-evolusi menonjol
keluar permukaan ovarium. B.
Ovulasi, oosir berada pada metafase meiosis II, dikeluarkan dari ovarium
bersama dengan sejumlah sel kumulus oofurus. Sel folikuler yang tetap berada di
dalam folikel yang kolaps berdiferensiasi menjadi sel luteum. C. Korpus Luteum, Perhatikan ukuran
korpus luteum yang besar akibat hipertrofi dan akumulasi lemak dalam sel
granulosa dan sel teka interna, selian itu folikel berisi oleh fibrin.
KORPUS
LUTEUM
Setelah ovulasi, sel granulosa yang tetap berada di
dinding folikel yang pecah, bersama sel dari teka interna, mengalami
vaskularisasi oleh pembuluh sekitar. Di bawah pengaruh LH, sel-sel ini
membentuk pigmen kekuningan dan berubah menjadi sel luteum yang membentuk
korpus luteum dan mengluarkan hormon
progesteron. Progesteron bersama dengan hormon estrogenik, menyebabkan mukosa
uterus masuk ke stadium progestasional atau sekretorik sebagai persiapan untuk
implantasi mudigah.
TRANSPOR
OOSIT
Segera sebelum ovulasi, fimbrae tuba uterina menyapu
permukaan ovarium, dan tuba ini sendiri mulai berkontraksi secara ritmis.
Diperkirakan bahwa oosit yang dikelilingi oleh beberapa sel granulosa terbawa
ke dalam tuba oleh gerakan menyapu dari fimbrae ini dan oleh gerakan silia di
lapisan epitel. Setelah berada di dalam tuba, sel-sel kumulus menarik prosesus
sitoplasmanya dari zona pelusida dan kehilangan kontak dengan oosit.
Setelah berada di tuba uterina, oosit didorong oleh silia
dengan kecepatan transporatasi diatur oleh status endokrin selama dan setelah
ovulasi. Pada manusia, oosit yang tealh dibuahi mencapai lumen uterus dalam
waktu sekitar 3 sampai 4 hari.
Gambar 3. Hubungan fimbriae dan ovarium. Fimbriae mengambil
oosit dan menyapunya ke dalam tuba uterina
KORPUS
ALBIKANS
Jika tidak
terjadi pembuahan, korpus luteum akan mencapai perkembangan maksimal sekitar 9
hari setelah ovulasi. Badan ini mudah dikenali sebagai tonjolan kekuningan di
permukaan ovarium. Kemudian korpus luteum menciut akibar degenerasi sel luteum
dan membentuk masa jaringan parut fibrotik, korpus albikans. Secara bersamaan
produksi progesteron menurun yang memicu perdarahan haid. Jika oosit dibuahi,
degenerasi korpus luteum akan dhambat oleh human chorionic gonadotropin (HCG),
gonadotropin korion manusia, suatu hormon yang dikeluarkan oleh
sinsitiotrofoblas mudigah yagn sedang terbentuk. Korpus luteum terus tumbuh dan
membentuk korpus luteum kehamilan. Pada akhir bulan ketiga, struktur ini
mungkin berukuran sepertiga sampai setengah dari ukuran total ovarium. Sel-sel
luteum yang berwarna kekuningan terus mengeluarkan progesteron sampai akhir
bulan keempat, setelah ini sel-sel tersebut secara perlahan mengalami regresi
karena sekresi progesteron oleh komponen trofoblastik plasenta sudah memadai
untuk mempertahankan kehamilan. Pengangkatan korpus luteum kehamilan sebelum
bulan keempat biasanya menyebabkan abortus.
Gambar 4. A. Mikrograf elektro scanning
pengikatan sperma ke pelusida. B.
Tiga fase penetrasi oosit, pada fase 1, spermatozoa menembus sawar korona
radiata; pada fase 2, satu atau lebih spermatozoa menembus zona pelusida; pada
fase 3, satu spermatozoa menembus membran oosit sambil kehilangan membran
plasmanya sendiri. Inset memperlihatkan spermatosit normal dengan tudung kepala
akrosom.
FERTILISASI
Fertilisai (Pembuahan), proses penyatuan gamet pria dan
wanita, terjadi didaerah ampula teba uterina. Ini adalah bagian terlebar tuba
dan terletak dekat dengan ovarium. (Lihat gambar 3).
Spermatozoa mungkin tetap dapat hidup didalam saluran
reproduksi wanita selama beberapa hari. Hanya 1 % sperma yang mengendap di
vagina masuk ke serviks, tempat sperma tersebut mungkin bertahan hidup
berjam-jam. Pergerakan sperma dari serviks ke tuba uterina terjadi melalui
dorongan dirinya sendiri , meskipun gerakan tersebut juga mungkin dibantu oleh
gerakan cairan yang tercipta oleh silia uterus. Perjalanan dari serviks ke
oviduktus memerlukan waktu minimal 2 sampai 7 jam dan setelah mencapai istmus,
sperma menjadi kurang gesit dan berhenti berimigrasi. Saat ovulasi, sperma
kembali gesit, mungkin karena kemoaktraktan yang dihasilkan oleh sel-sel
kumulus disekitar sel telur, dan berenang menuju ampula, tempat pembuahan
terjadi. Spermatozoa tidak mampu membuahi oosit segera setelah tiba disaluran
genetalia wanita karena harus menjalani (a) kapasitas dan (b) reaksi
akrosom.
Kapasitas adalah
suatu masa penyesuaian didalam reproduksi wanita, yang pada manusia berlangsung
sekitar 7 jam. Selama periode ini, selubung glikoprotein dan protein plasma
semen disingkirkan dari membran plasma yang menutupi regio akrosom spermatozoa.
Hanya sperma yang telah berkapasitas dapat menembus sel-sel korona radiata dan
mengalali reaksi akrosom
Reaksi akrosom adalah
terjadi setelah pengikatan ke zona pelusida, dipicu oleh protein-protein zona.
Reaksi ini memuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus
zona pelusida, termasuk bahan mirip akrosin dan tripsin (lihat gambar 4).
Fase pembuahan mencakup fase :
1.
Penetrasi korona radiata
2.
Penetrasi zona pelusida
3.
Penyatuan membran sel sperma dan oosit
Fase
I : Penetrasi Korona Radiata
Dari 200 hingga 300 juta spermatozoa yang diletakkan di
saluran genetalia wanita, hanya 300 – 500 yang mencapai tempat pembuahan. Dan
hanya satu yang dapat membuahi sel telur. Diperkirakan bahwa
spermatozoa-spermatozoa yang lain membantu untuk menembus sawar pelindung gamet
wanita. Sperma yang telah menjalani kapasitas dapat bebas melewati sel-sel
korona (lihat gambar 4).
Fase
II : Penetrasi Zona Pelusida
Zona ini adalah suatu selubung glikoprotein yang
mengelilingi sel telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma
dan memicu reaksi akrosom. Baik pengikatan maupun reaksi akrosom diperantai
oleh ligan ZP3, suatu protein zona pelusida. Pelepasan enzim-enzim akrosom
(akrosin) memungkinkan sperma menembus zona dan berkontak dengan membran plasma
oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma berkontak
dengan permukaan oosit. Sebaliknya enzim- enzim ini mengubah sifat zona
pelusida untuk mencegah penetrasi sperma dan menginaktifkan tempat reseptor
spesifik spesies untuk spermatozoa dipermukaan zona. Spermatoza lain dapat
terbenam di zona pelusida, tetapi hanya satu yang tampaknya dapat menembus
oosit (lihat gambar 5).
Gambar 5. A. Oosit segera setelah ovulasi yang
memperlihatkan gelondong pada pembelahan meiotik keua. B. Sebuah spermatozoa telah membantu oosit yang telah menyelesaikan
pembelahan meiotiknya yang kedua. Kromosom oosit tersusun dalam nukleus
vesikular, pronukleus wanita. Kepala beberapa spermatozoa tertahan di zona
pelusida. C. Pronukleus wanita dan
pria. D,E. Kromosom tersusun pada
gelondong, terbelah secara longitudinal, dan bergerak ke kutub yang berlawanan.
F. Stadium dua sel
Fase
III : Fusi Membran Sel Sperma dan Oosit
Perlekatan awal sperma ke oosit sebagian diperantai oleh
interaksi integrin oosit dan ligannya, disintegrin, di sperma. Setelah melekat,
membran plasma sperma dan sel telur menyatu (lihat gambar 4). Karena membran
plasma yang membungkus tudung kepala akrosom lenyap sewaktu reaksi akrosom,
penyatuan sebenarnya terjadi antara membran oosit dan membran yang membungkus
bagian posterior kepala sperma. Pada manusia baik bagian kepala maupun ekor
spermatozoa masuk ke dalam sitoplasma oosit, tetapi membran plasma ditinggalkan
di belakang di permukaan oosit. Segera setelah spermatozoa masuk ke oosit, sel
telur berespons dengan tiga cara :
1.
Reaksi
korteks dan zona
Akibat pembebasan granula oosit di
korteks yang mengandung enzim-enzim lisosom maka membran oosit menjadi tidak
dapat ditembus oleh spermatozoa lain, dan zona pelusida mengubah struktur dan
komposisinya untuk mencegah pengikatan dan penetrasi sperma. Reaksi-reaksi ini
mencegah polispermi (penetrasi lebih dari satu spermatozoa ke dalam oosit).
2.
Melanjutkan
pembelahan meiotik kedua
Oosit menuntaskan pembelahan meiotik keduanya
segera setelah masuknya spermatozoa. Salah satu dari sel anak yang hampir tidak
mendapat sitoplasma, dikenal sebagai badan
polar kedua, sel anak yang lain adalah oosit
definitf. Kromosomnya (22 plus X) tertata dalam sebuah nukleus vesikular
yang dikenal sebagai pronukleus wanita. (lihat
gambar 5).
3.
Pengaktifan
metabolik sel telur
Faktor yang mengaktifkan ini dibawa oleh
spermatozoa. Pengaktifan pascafusi dapat dianggap untuk meliputi proses selular
dan molekular awal yang berkaitan dengan embriogenesis dini.
Sementara itu,
spermatozoa bergerak maju hingga terletak berdekatan dengan pronukleus wanita.
Nukleus spermatozoa membengkak dan membentuk pronukleus pria, ekor terlepas dan
berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus pria dan wanita tidak dapat dibedakan dan akhirnya
keduanya berkontak erat dengan dan kehilangan selubung nukleusnya. Selama
pertumbuhan pronukleus pria dan wanita , masing-masing pronukleus harus
mereplikasikan DNAnya. Jika tidak masing-masing sel dari zigot dua-sel hanya
memiliki separuh dari jumlah normal DNA. Segera setelah sintesis DNA, kromosom tertata pada gelendong sebagai
persiapan untuk pembelahan mitotik normal. 23 kromosom ibu dan 23 kromoso ayah
memisah secara longitudinal di sentromer, dan kromatid-kromatid yang
berpasangan tersebut bergerak ke kutub yang berlawanan sehingga masing-masing
sel zigot memperoleh jumlah kromosom dan DNA diploid. Sewaktu kromatid
berpasangan bergerak ke kutub yang berlawanan, tebentuk suatu alur dipermukaan
sel yang secara bertahap membagi sitoplasma menjadi dua bagian.
Gambar
6. A. Foto phase contrast dari stadium pronukleus oosit
manusia yang telah dibuahi dengan pronuklesu pria dan wanita. . B. Stadium dua-sel pada zigot
manusia.
Hasil
utama pembuahan adalah sebagai berikut:
Pemulihan jumlah
diploid kromosom, separuh dari ayah
dan separuh dari ibu. Karena itu, zigot mengandung kombinasi baru kromosom yang
berbeda dari kedua orang tuanya. Penentuan
jenis kelamin individu baru. Sperma pembawa kromosom X mengahasilkan
mudigah wanita (XX), dan sperma pembawa kromosom Y menghasilkan mudigah pria
(XY). Karena itu, jenis kelamin kromosomal mudigah ditentukan saat pembuahan. Inisiasi pembuahan. Tanpa pembuahan,
oosit biasanya berdegenerasi 24 jam setelah ovulasi.
CLEAVAGE
(PEMBELAHAN)
Jika
telah mencapai stadium dua sel, zigot akan mengalami serangkaian pembelahan
meiotik sehingga jumlah selnya bertambah. Sel-sel ini yang semakin kecil pada
setiap kali pembelahan, dikenal sebagai blastomer
(lihat gambar 7). sampai stadium
delapan-sel, sel-sel ini berkumpul secara longgar membentuk gumpalan. Namun
setelah pembelahan ketiga, blastomer memaksimalkan kontak satu sama lain.
Membentuk suatu bola sel padat yang disatukan oleh tatu erat. Proses ini,
pemadatan, memisahkan sel-sel bagian dalam yang berkomunikasi secara ekstensif
melalui taut celah (gap junction), dari
sel-sle luar. Sekitar 3 hari setelah pembuahan sel-sel mudigah kembali membelah
untuk membentuk morula 16 sel. Sel
dibagian dalam morula membentuk massa sel dalam, dan sel-sel disekitarnya
membentuk massa sel luar. Massa sel dalam menghasilkan jaringan mudigah yang
sebenarnya, dan massa sel luar membentuk trofoblas
yang kemudian berkembang menjadi plasenta.
Gambar 7. Perkembangan zigot dari stadium dua-sel hingga ke
stadium morula lanjut. Stadium dua-sel tercapai sekitar 30 jam setelah
pembuahan; stadium empat sel tercapai setelah sekitar 40 jam; stadium 12-16 sel
tercapai setelah sekitar 3 hari; dan stadium morula lanjut tercapai setelah
sekitar 4 hari. Selama periode ini, blastomer dikelilingi oleh zona pelusida
yang lenyap pada akhir hari keempat.
PEMBENTUKAN
BLASTOKISTA
Pada waktu
morula masuk ke rongga uterus, cairan mulai merembes menembus zona pelusida ke
dalam ruang antar sel massa sel dalam. Secara bertahap ruang antar sel menjadi
konfluen dan akhirnya terbentuk sebuah rongga, blastokel (lihat gambar 9). pada
waktu ini mudigah disebut blastokista. Sel-sel di massa sel dalam yang sekarang
disebut embrioblas, terletak di satu
kutub, dan sel-sel di massa sel luar, atau trofoblas,
menggepeng dan membentuk dinding epitel blastokista. Zona pelusida telah
lenyap sehingga implantasi dapat dimulai. Pada manusia, sel-sel trofoblastik di
atas kutub embrioblas mulai menembus diantara sel-sel epitel mukosa uterus
sekita hari keenam. L-selektin di
sel trofoblas dan reseptor karbohidrat di epitel uterus memerantai perlekatan
awal blastokista ke uterus. Selektin adalah protein pengikat karbohidrat yang
terlibat dalam interaksi antara leukosit dan sel endotel yang memungkinkan
leukosit dalam aliran darah tetangkap. Mekanisme serupa diperkirakan bekerja
pada penangkapan blastokista dari rongga uterus oleh epitel uterus. Setelah
selektin tetangkap, perlekatan dan invasi lebih lanjut oleh trofoblas
melibatkan integrin yang diekspresikan oleh trofoblas dan molekul matriks ekstra
sel laminin dan fibronektin. Reseptor integrin untuk laminin medorong
perlekatan, sedangkan resptor fibrinektin merangasang migrasi. Molekul-molekul
ini juga berinterakasi disepanjang jalur transduksi sinyal untuk mengatur
diferensiasi trofoblas sehingga implantasi adalah hasil kerja sama trofoblas
dan endometrium. Karena itu, pada akhir minggu pertama perkembangan, zigot
manusia telah melampaui stadium morula dan blastokistaa dan telah mulai
tertanam di mukosa uterus.
Gambar 8. Mikrograf elektron scanning mudigah delapan sel
mencit yang belum memadat, A. Telaah
memadat. B. Pada keadaan belum
memadat, tepi masing-masing blastomer tampak jelas, sedangkan setelah pemadatan
kontak antar sel menjadi maksnimal dan batas-batas sel menjadi kabur
Gambar
9. A. Potongan blastokista 107 sel
manusia yang memperlihatkan massa sel dalam dan sel trofoblas. B. Rongga uterus pada sekitar 4,5 hari.
Biru, massa sel dalam atau embrioblas; hijau, trofoblas. C. Gambaran skematik blastokista pada hari keenam perkembangan yang
memperlihatkan sel trofoblas yang terletak di kutub embrional blastokistatelah
mulai menembus mukosa uterus. Blastokista manusia mulai menembus mukosa uterus
pada hari keenam perkembangan.
UTERUS
SAAT IMPLANTASI
Dinding
uterus terdiri dari tiga lapisan : a. Endometrium
atau lapisan mukosa di dinding bagian dalam, b. Miometrium, lapisan tebal otot polos, dan c. Perimetrium, lapisan peritoneum yang menutupi dinding sebelah luar
(lihat gambar 10). Dari pubertas hingga menopause, endometrium mengalami
perubahan dalam siklus sekitar 28 hari di bawah pengaruh hormon ovarium. Selama
siklus haid ini, endometrium melewati tiga stadium, fase folikular atau
proliferasi, fase sekretorik atau progestasional dan fase haid (lihat gambar
10). Fase proliferasi, berada di bawah pengaruh estrogen dan sejajar dengan
pertumbuhan folikel ovarium. Fase sekretorik dimulai sekitar 2 sampai 3 hari
setelah ovulasi sebagai respons terhadap progesteron yang dihasilkan oleh
korpus luteum. Jika tidak terjadi pembuahan, pelepasan endometrium akan menandai
dimulainya fase haid. Jika terjadi pembuahan endometrium akan membantu
implantasi dan ikut membentuk plasenta.
Pada
saat implantasi mukosa uterus berada dalam fase sekretorik, yaitu saat
kelenjar-kelenjar dan arteri-arteri uterus bergelung-bergelung dan jaringan
menjadi tebal-basah. Akibatnya dapat dikenali adanya tiga lapisan di
endometrium yaitu : lapisan kompaktum dibagian superfisial dan lapisan basale yang tipis. Dalam keadaan normal, blastokista
manusia tertanam di endometrium di sepanjang dinding anterior atau posterior
korpus uteri, tempat blastokista itu terbenam di antara lubang-lubang kelenjar
(lihat gambar 11).
Jika
oosit tidak dibuahi, venula dan ruang sinusoid secara bertahap dipenuhi oleh
sel darah, dan tampak diapedesis darah yang ekstensif ke dalam jaringan. Satu
fase haid dimulai, darah keluar dari arteri-arteri superfisial, dan
kepingan-kepingan kecil stroma dan kelenjar terlepas. Selama 2 sampai 4 hari ke
depan lapisan kompaktium dan spongiosum dikeluarkan dari uterus, dan lapisan basale
menjadi satu-satunya bagian endometrium yang tersisa (lihat gambar 12). Lapisan
ini yang memeiliki pasokan artei sendiri yaitu arteri basalis, yang berfungsi
sebagai lapisan regeneratif dalam membentuk kembali kelenjar dan arteri pada
fase proliferasi.
Gambar 10. Proses selama minggu pertama
pembentukan manusia. 1. Oosit setelah ovulasi; 2, pembuahan sekitar 12-24 jam
setelah ovulasi; 3, stadium pronukleus pria dan wanita; 4, gelendong pada
pembelahan mitotik pertama; 5, stadium dua-sel (usia sekitar 30 jam).; 6,
morula yang mengandung12-16 blastomer (usia sekitar 3 hari); 7, stadium morula
lanjut yang tiba di lumen uterus (usia 4 hari); 8, stadium blastoksita dini
(usia 4,5 hari, zona pelusida telah lenyap); dan 9, fase awal implantasi (usia
blastokista sekitar 6 hari). Ovarium memperlihatkan stadium-stadium
transformasi antara folikel primer dan folikel pre-ovulasi serta korpus luteum.
Endometrium diperlihatkan dalam stadium progestasional.
Gambar
11. Perubahan pada mukosa uterus yang berkorelasi dengan perubahan di ovarium.
Implantasi blastokista telah menyebabkan terbentuknya korpus luteum kehamilan
yang berukuran besar. Aktivitas sekretorik endometrium meningkat bertahap
akibat banyaknya progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum kehamilan.
Gambar
12. Perubahan pada mukosa uterus (endometrium) dan perubahan setara di ovarium
selama siklus haid biasa tanpa pembuahan.